KORUPSI,
SUDAHKAN KITA
BERUSAHA
MENGHINDARINYA ?
Di
Indonesia, budaya korupsi tampaknya sudah mendarah daging. Dari instansi
pemerintah yang paling rendah sampai pemerintahan pusat, unsur korupsi selalu
hadir dari berbagai wujud, berbagai bentuk, apapun namanya tapi tetap
hakekatnya sama yaitu korupsi. Dari perusahaan swasta yang paling kecil sampai
perusahaan raksasa, semua tak lepas dari adanya kasus korupsi di tubuhnya. Baik
yang sengaja dilaksanakan maupun yang tidak sengaja dilakukan. Dari yang
nilainya ribuan sampai yang milyaran rupiah. Yang dilakukan oleh pegawai
rendahan sampai kepala bagian. Dari pesuruh kantor sampai direktur. Pegawai
kantor ataupun petugas lapangan. Yang mengaku muslim dan yang bukan. Yang
dilakukan sendiri-sendiri ataupun berjama’ah.
Yang
sangat memprihatinkan adalah banyak sekali diantara kita yang tidak tahu atau
pura-pura tidak tahu kalau yang kita laksanakan itu adalah termasuk perbuatan
korupsi. Bagi petugas kantor, pernahkah kita memasukkan bon belanja kebutuhan pribadi
kita, misalnya membelikan alat tulis untuk anak, ke dalam bon belanja alat
tulis kebutuhan kantor perusahaan ? Masih ingatkah kita saat membawa pulang
disket komputer kosong dari kantor untuk memenuhi permintaan anak ? atau
membawa pulang inventaris kantor untuk kita pakai sendiri di rumah ? Pernahkan
kita mengambil kaos promosi yang rencananya akan dikirim ke konsumen, untuk
kita berikan kepada saudara kita sendiri
? Pernahkan kita membawa pulang kendaraan kantor yang kebetulan bensinnya penuh
untuk kita gunakan keperluan pribadi dan kita kembalikan besoknya dalam keadaan
bensin mobil kosong ? Bagi petugas lapangan, lupakah kita saat karcis parkir
yang kita lakukan di saat hari libur atau saat belanja kebutuhan pribadi, kita
jadikan satu dengan perhitungan pengeluaran kantor dengan harapan agar diganti
oleh kantor ? Ingatkah kita saat bonus penjualan yang seharusnya kita serahkan
kepada konsumen, ternyata tidak kita serahkan dan kita gunakan sendiri di rumah
? Masih ingatkah kita saat menggelembungkan dana ( MARK UP DANA ) ENTERTAINMENT yang kita
lakukan UNTUK MENSERVIS relasi atau pengeluaran lainnya, agar bisa mendapatkan ganti
yang lebih banyak dari kantor ? Pernahkan kita membeli alat-alat mobil bekas
dan kemudian kita laporkan ke kantor sebagai alat-alat baru dengan tujuan untuk
mendapatkan selisih harga yang bisa kita korupsi ? Lupakah kita saat membeli
alat mobil kantor yang harganya murah dan kita laporkan sebagai alat mobil yang
berharga mahal ? Beberapa contoh di atas termasuk dalam lingkup kecil, jumlah
yang tak seberapa dan dilakukan oleh pegawai kecil. Bayangkan sendiri apa yang
bisa dilakukan oleh pejabat tinggi di instansi pemerintahan yang mempunyai
kekuasaan dalam pengelolaan dana atau direktur di sebuah perusahaan swasta
besar yang mempunyai kewenangan dalam mengatur pengeluaran perusahaan. Berapa
banyak kasus mark-up dana pembelian barang yang bernilai milyaran rupiah,
berapa banyak kasus penyelewengan alokasi dana pembangunan, banyaknya kontrak
pembangunan yang penuh rekayasa, pengucuran dana masyarakat yang tidak sesuai
antara jumlah yang diturunkan dengan jumlah yang diterima. Dan masih banyak
contoh lain yang tak mungkin dituliskan di sini. Yang lebih memilukan lagi
adalah dana yang ditujukan untuk rakyat miskin, dana pengganti untuk korban
bencana alam - yang nota bene-nya adalah sesama saudara kita sebangsa - tak
luput juga dari penyunatan. Beras yang
ditujukan untuk rakyat miskin pun tidak
seluruhnya sampai ke tangan yang berhak. Masya Allah. Kemana nurani
kita saat melakukan hal tersebut ?
sudah begitu parahkah “ kehilangan rasa
kemanusiaan” kita ? Lebih jauh lagi
sudah begitu burukkah akhlak anak bangsa ini
yang mayoritas muslim dan mengaku percaya kepada Allah SWT ?
Intinya, semua hasil korupsi itu
tak ada barokahnya. Dari pengamatan penulis sendiri ataupun pengalaman beberapa
teman penulis, setiap kali mendapatkan hasil korupsi, sekecil apapun, selalu
terjadi musibah yang diikuti dengan pengeluaran uang yang nilainya selalu lebih
besar dari hasil korupsinya. Musibahnya bisa berupa kehilangan uang, kerusakan
barang yang dibeli dari hasil korupsi, kecelakaan lalu lintas, anak sakit dan
harus masuk rumah sakit, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Jadi sudah
berdosa karena korupsi, malah kehilangan lebih banyak lagi daripada yang
dikorupsi. Lalu apa gunanya korupsi kalau hasilnya musibah seperti itu ? hanya
kesialan dan kesia-siaan. Kalau ada yang selamat dan mampu membangun gudang
uang yang tak terhitung jumlahnya, itupun akan kita tinggalkan di dunia dan
akan menjadi bahan perebutan diantara ahli waris kita. Nah, kalau sekarang
banyak sekali bencana yang menimpa negeri kita, kecelakaan pesawat terbang,
tenggelamnya kapal feri, banjir bandang, tanah longsor, gunung meletus, angin
puting beliung, kebakaran, penyakit demam berdarah, penyakit flu burung,
chikungunya, dan masih banyak lagi, maka jangan salahkan siapa-siapa. Mari kita
introspeksi diri kita masing-masing. Siapa tahu ada perbuatan kita yang
melanggar aturan Allah SWT, jangan-jangan kita termasuk salah satu yang ikut
melakukan korupsi, atau perbuatan tercela lainnya. Perlu diingat bahwa, balasan
Allah SWT bisa terjadi segera tetapi bisa juga agak lama setelah korupsi itu
kita lakukan. Kalaupun tidak terjadi apa-apa setelah kita melakukan korupsi,
jangan senang dulu, bisa jadi kita masih diuji oleh Allah SWT, siapa tahu
balasannya akan lebih mengerikan lagi. Segera bertobat sebelum terlambat adalah
suatu keputusan yang cerdas. Jangan menjadi terlena ataupun takabur. Ingat
siksa Allah SWT itu sangat pedih. Sebaliknya kalau kita termasuk yang “bersih”
dari perbuatan buruk tersebut, tapi tetap ditimpa bencana, maka yakinlah bahwa
bencana yang kita terima adalah sebagai ujian, dan kalau kita bersabar
menerimanya maka balasannya adalah dihapuskannya dosa-dosa kita. Nah kita pilih
yang mana ?
Semoga ULASAN INI bermanfaat SEBAGAI PERINGATAN bagi saya sendiri khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Agus Prihandono
( KISAH HIKMAH NYATA )
( KISAH HIKMAH NYATA )
No comments:
Post a Comment