Total Pageviews

Tuesday, March 19, 2013

SAKARATUL MAUT ( SAAT SAAT MENJELANG KEMATIAN )

DETIK-DETIK menjelang saat kematian

Betapa mendebarkan.... dan pelajaran yang terbaik untuk mengingat.......

Kematian pasti datang. Di tempat dan waktu yang tak pernah diduga. Tak perduli apa dan bagaimana kondisi pada saat itu.

Hasil gambar untuk sakaratul maut

Seumur-umur baru beberapa kali saja aku menyaksikan saat-saat kematian, baik saudara, tetangga atau orang orang yang kecelakaan dan kebetulan aku menyaksikannya. Aku tak ingin membahas siapa-siapa yang aku ceritakan... biarlah ini menjadi rahasia yang bisa aku ambil hikmahnya saja.


Mau tahu ceritanya ?



Kisah pertama. Yang pernah aku saksikan adalah seorang bapak muda, isstrinya baru saja melahirkan anak pertama mereka. Umurnya baru sekitar 25 tahun saat itu. Beberapa hari sebelum meninggal, kondisinya sehat-sehat saja. Hanya saja sering mengeluh capek dan lelah seperti tiada daya. Lemas dan merasa tulang belulangnya seperti dilolosi. Puncaknya suatu pagi dia naik sepeda motor ke pasar. Dan itulah saat terakhir dia diketahui hidup. Tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba dia terjatuh dari sepeda motornya. Hanya luka kecil di kepala. Dan luka kecil itulah yang membuatnya meninggal. Meninggalkan semuanya. Keluarga, istri, anak yang dicintainya.

Kisah keduaAdalah seorang bapak yang sudah tua, umurnya sudah diatas 7- tahun, sebelum meninggal sehat-sehat saja. Hanya saja rambut yang sudah banyak ubannya semakin kelihatan memutih secara mendadak. Kehidupan dijalaninya seperti niasa saja sebagai rutinitas sehari-hari. Sebagai seorang muslim beliau masih sering sholat berjamaah ke masjid. Sekitar 3 bulan sebelum meninggal, beliau mengeluh kakinya sakit. Sendi-sendinya sulit digerakkan. Sehingga sulit digunakan untuk berjalan. Akhirnya beliau sering tidur atau duduk saja di dalam rumah. Untuk berjalan ke luar rumah, beliau harus menggunakan tongkat kaki tiga. satu bulan menjelang meninggal, rambut semakin memutih,  kaki terasa kaku dan gerakannya terbatas. Beliau hanya bisa berjalan di sekitar kamarnya saja. Pergi ke kamar mandi masih bisa dilakukan sendiri meski harus dengan susah payah. Buang air seringkali dilakukan di tempat tidur karena sudah tidak bisa mengontrolnya. Tiga hari menjelang kematiannya, beliau sudah tidak bisa makan, kalaupun bisa hanya air saja yang bisa masuk. Itupun dengan cara disuapkan memakai sendok. beberapa jam sebelum meninggal, Kaki terasa dingin, nafasnya tersenggal senggal, ada dengkur halus, telinganya sudah tak bisa mendengar saat diajak bicara, mata tertutup, cuping telinga agak menempel di sisi kepala, Badan sudah mulai dingin, tetapi bagian dada hingga kepala masih terasa  hangat. Nafasnya semakin halus dan tambah halus hingga detik detik terakhir nyawa meninggalkan raganya. Bedanya saat terakhir itu nafasnya terasa begitu panjang lalu tiba-tiba terdiam. Innalillah wa innalillahi roji'un.

Kisah ketiga, seorang nenek umurnya sekitar 80 tahun. ceritanya seminggu sebelum meninggal mengeluh dadanya sakit, tapi karena hanya sekali kali saja dirasakan, maka tidak dihiraukannya.
sehari sebelum, meninggal, kondisinya sangat sehat, sehingga ketika diajak tetangganya mengikuti ziarah wali, beliau berangkat dengan bersemangat, tak ada perasaan capek atau yang lainnya. Hanya senang yang membuncah dalam dadanya.
Malam setelah ziarah wali, beliau kembali mengeluh sakit di bagian dadanya. Namun karena sudah malam, oleh keluarganya diberitahu kalau besok pagi saja periksa ke dokter.
Pagi harinya, karena tidak terasa sakit lagi, beliau kembali beraktivitas seperti biasa, termasuk memasak dan memberi makan ayam-ayam peliharaannya. Siang hari, setelah shalat dzuhur dan makan siang, beliau istirahat di tempat tidur. Beberapa menit kemudian ( insya Allah masih punya wudhu ), beliau dipanggil ke hadirat Allah SWT... Innalillahi wa innalillahi roji'un.

Kisah keempat, Seorang bapak setengah baya. Meninggal karena kecelakan lalu lintas saat naik sepeda motor berboncengan dengan istrinya di sebuah pertigaan jalan protokol yang sangat ramai. Aku tahu persis kondisinya karena beliau terjatuh dan terlindas truk di depan mobil yang aku kendarai. Kondisinya luka parah di bagian kepala.  Aku masih sempat melihat Tangannya yang kejang mengacung ke atas, dengan darah kental meleleh di sekitar kepala. Sementara itu, darah segar menyembur dari mulutnya yang mencong ke atas. Seperti air mancur. Air mancur darah. Berwarna merah.

Nah pertanyaannya, cara apa yang akan kita jalani saat kematian menjemput kita ?  Karena kematian pasti datang. Tak peduli dimana kita berada. Tak peduli sedang dalam keadaan bagaimana kita waktu itu.  


AGUS PRIHANDONO
( KISAH HIKMAH NYATA )

No comments:

Post a Comment