Total Pageviews

Monday, November 2, 2015

MENJUAL DENGAN HATI

SEBUAH RENUNGAN BAGI YANG MEMPUNYAI HATI......

Ada kejadian yang membuatku menyesal. Sebuah kejadian kecil yang mengetuk hatiku yang terdalam. Dan aku gagal dalam pelaksaannya. Hanya penyesalan yang ada beberapa saat setelahnya.

Aku mempunyai sebuah toko keluarga yang selama ini aku kelola bersama istriku, dibantu ibu  mertua. Sistem kasir yang aku pakai masih tradisional. Seperti jaman dulu, uang langsung diterima oleh pemilik sendiri atau orang kepercayaan. Tak ada data riil pembukuan ( penjualan, stok barang, dll ) atau keuntungan yang diperoleh ( kotor dan bersih ). Dengan sistem seperti ini, aku bisa saja memberi diskon atau potongan harga, bonus barang atau uang kepada pembeli, tanpa repot memikirkan pengaruhnya ke transaksi keuangan atau pembukuan toko. Berbeda dengan sistem toko yang modern dengan memakai komputer, yang kaku dan harus selalu sesuai dengan prosedur penjualan. dimana proses yang tidak sesuai dengan prosedur, akan menyebabkan  tidak bisa dilakukannya eksekusi penjualan.  

Hasil gambar untuk gambar orang tua yang miskin
sumber : muslim.co.id

Aku biasanya memberikan diskon atau bonus kepada orang-orang yang sudah aku kenal. Biasanya langganan toko atau saudara dan teman dekat. Baik berupa potongan harga, permen atau makanan kecil buat anak si pembeli. Untuk orang yang jarang beli ke tokoku atau tidak aku kenal, aku biasanya menerapkan harga seperti apa adanya.

Suatu ketika, ada seorang bapak tua yang datang ingin membeli korek api model lama dari bahan seng. Bahan bakarnya biasanya bensol atau minyak tanah. Harganya murah, hanya rp. 4.000,- saja. Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, dengan tertatih tatih, beliau datang ke meja kasir. Pakaiannya lusuh seperti habis berjalan jauh.  Aku lihat ditangannya ada 2 lembar uang 2.000,- an. Satu lembar di serahkan ke meja kasir. Satu lembar masih dipegangnya. Dengan tangan keriputnya, tanpa berkata apa-apa, beliau merogoh kantong. Mencari-cari sesuatu. Aku berpikir, lho bukankah uang yang dipegangnya sudah pas ? lalu apa yang dicarinya ? beberapa saat kemudian, setelah menemukan apa yang dicarinya, beliau meletakkan 2 buah koin 500,- an di atas mejaku sambil mengacungkan 3  jarinya. Tidak ada kata yang terlontar dari bibirnya. Hanya kulihat tangannya gemetar. Aku baru tahu maksudnya. Beliau menawar harga korek itu rp. 3.000,- Lalu "tanpa perasaan" aku menolaknya dan mengatakan kalau harganya pas. Tidak boleh ditawar. Aku lihat kode barangnya harga pokoknya pas rp. 3.000,- Kalau aku menerima permintaan beliau berarti aku tak mendapat keuntungan sama sekali. Dengan pandangan sayu, dimasukkan lagi uang koinnya ke kantong celana. Lalu selembar uang 2.000,- an yang masih dipegang diulurkan kepadaku. Masih dengan tangan tuanya yang gemetar.  Lalu dengan "tanpa perasaan" juga,  kuterima uang tersebut seperti yang seharusnya.

Aku baru tersentak beberapa saat setelah beliau pergi. Masih dengan tertatih-tatih. Ya Allah, apa yang baru saja aku lakukan ? Dimana hati dan perasaanku saat kejadian itu ? Dimana rasa kasih sayang yang aku miliki ?  Bagaimana kalau uang koin itu adalah uang terakhir yang dimilikinya ?


Astaghfirullah hal 'adzim.

Kenapa tidak aku ikhlaskan saja keuntunganku buat beliau ?
bukankah aku masih bisa mencari keuntungan dari penjualan  yang lainnya ?
Mataku berair, mataku pedih.
Hatiku perih. Seperti ditonjok dengan batu.

Ya Allah, Insya Allah aku akan menjual dengan hati.

Agus Prihandono.
(KISAH HIKMAH)






No comments:

Post a Comment