Total Pageviews

Saturday, May 14, 2016

KECIL DIMANJA, MUDA FOYA-FOYA, TUA KAYA RAYA, MATI MASUK SORGA

Kecil dimanja ?
Muda foya foya ?
Tua kaya raya ?
Mati masuk surga ?
Adakah ?



Kecil dimanja, Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga” Empat fase kehidupan yang ingin kita lalui. Kalau tidak salah, di kompasiana http://www.kompasiana.com/panhysterectomy/muda-foya-foya-tua-kaya-raya-mati-masuk-surga_55290efcf17e612e328b4580), Istilah  "mati masuk surga" lebih enak didengar bila diganti dengan "mati husnul khotimah". Nggak masalah lah yang penting tujuan akhirnya sama. 

Mari kita kupas satu persatu masalah ini :

Setiap orangtua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Dan sebagai orangtua tentu sudah menjadi kewajiban utama dan paling penting untuk mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anak-anaknya. Boleh-boleh saja sayang kepada anak, asalkan jangan memanjakannya. Selain menjadi pribadi yang tidak mandiri dan tidak menghargai orangtua, anak yang terlalu dimanja kelak akan menjadi anak yang egois. Karena setiap orang harus memenuhi keinginannya. Inisiatif anak sangat kurang karena dari kecil anak tidak pernah dibiarkan menyelesaikan masalahnya sendiri. Rasa percaya dirinya juga kurang karena tidak pernah diberi kesempatan untuk melakukan usahanya sendiri. sumber : (psikologa.blogspot.co.id)
Seorang anak yang terlalu manja dan tidak mandiri  ( meskipun tidak bisa digunakan sebagai patokan), tidak bisa dipastikan akan berhasil dalam kehidupannya saat mencapai usia produktif atau disaat tua kelak. Seorang anak yang saat kecilnya tidak pernah dididik tentang pengetahuan agama dan dibiasakan untuk menjalankan syariah agama, maka dipastikan saat muda atau tuanya kelak tidak akan menjadi orang yang patuh dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh agama, padahal syarat untuk masuk sorga adalah mati dalam keadaan husnul khotimah.

Lalu saat muda,( sumber : buletin muslim.co.id  yang ditulis oleh Muhammad Abduh Tuasikal)  :
Bagaimana mungkin waktu muda foya-foya, tanpa amalan sholeh, lalu mati bisa masuk surga ?. Sungguh hal ini dapat kita katakan sangatlah mustahil. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seorang sahabat yang tatkala itu berusia muda "Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416). Negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah dunia dan negeri tujuannya adalah akhirat. Jadi, hadits ini mengingatkan kita dengan kematian sehingga kita jangan berpanjang angan-angan. Hadits ini juga mengingatkan kita supaya mempersiapkan diri untuk negeri akhirat dengan amal sholeh. Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, haruslah dimannfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh disia-siakan.
Anak muda yang hidupnya hanya semata-mata mengejar dunia saja ( foya-foya), memang ada kemungkinan bisa kaya raya di usia tuanya, tapi belum tentu masuk sorga. Karena sorga harus diraih dengan beriman dan beramal soleh. Jadi ketika  berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan beramal. Bukankah kita tak tahu kapan maut menjemput ? bagaimana kalau kita tak sempat beramal soleh dan bertobat ?
Intinya, kebaikan itu tidak bisa dilakukan bersamaan dengan keburukan. Jalan menuju kebaikan biasanya adalah jalan terjal yang berliku-liku, banyak onak dan duri, sangat payah dalam menempuhnya. Namun ujung-ujungnya mendapat pahala dan jaminan sorga. Jalan menuju keburukan biasanya mudah dilakukan, sangat enak, terasa indah dalam pandangan mata. Tetapi ujung-ujungnya kesengsaraan.  Jadi hanya ada satu pilihan saja yang harus ditempuh. Kalau mau dua duanya dilakoni, kebaikan dilaksanakan, tapi maksiat jalan terus, tentu saja akan sangat berisiko, bukankah kita tak tahu kapan malaikat datang menjemput ? bagaimana kalau dia datang saat kita bermaksiat ? Bukankah nilai kita tergantung kepada saat akhir kehidupan kita ?

Lalu,

“Ada nggak ya manusia yang pernah mengalami 4 fase kehidupan yang "enak terus" seperti itu ?"


Mengingat beberapa hal yang dibahas di atas, maka hal itu hampir tidak mungkin terjadi. ( kalaupun ada, barangkali hanya sebagian kecil saja yang terjadi atas kehendak Allah ). Alasannya, akhir hidup seorang hamba Allah itu mencerminkan kehidupannya selama di dunia. Artinya jika hidup di dunia penuh foya-foya, jauh dari ibadah, jauh dari Allah, pasti matinya nggak jauh beda sama kehidupan yang dilaluinya, yaitu jauh dari Allah, jauh dari husnul khotimah. Tapi jika hidupnya penuh dengan ibadah kepada Allah, baik ketika masih kecil, saat muda dan tua, maka Insya allah akhir hayatnya pun akan selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Dan memperoleh predikat "husnul khotimah". Dan akhirnya masuk surga. 

Ingatlah :

"Isy ma syi'ta fainnaka Mayyitun, Wahbib ma syi'ta fainnaka Mufarroquhu, Wa'mal ma syi'ta fainnaka Majziyun bihi"
(hiduplah sesuka hatimu tetapi (ingat) engkau pasti akan mati.Cintailah siapa pun yang ingin engkau cintai,tetapi (ingat) engkau pasti akan berpisah darinya.Berbuatlah sesuka hatimu,tetapi (ingat) engkau pasti akan mendapatkan balasannya)

Teriring doa :  "Ya Allah, apapun dan bagaimanapun kehidupanku dan pembaca blog ini di masa lalu, Matikan kami dalam keadaan islam (berserah diri kepada MU) dan memperoleh predikat husnul khotimah. Amiin yaa robbal 'alamiin."

Agus  prihandono


No comments:

Post a Comment