Total Pageviews

Saturday, May 14, 2016

PERANG YANG PALING BERAT



Perang yang paling berat adalah perang melawan hawa nafsu. Perang melawan diri sendiri........

Mengendalikan diri sendiri adalah sesuatu yang sangat berat. Melawan diri sendiri berarti melawan sesuatu yang gaib, abstrak, tak kasat mata. Tidak tampak tapi ada. Ada tetapi sulit dirupa. Namun bisa dirasakan keberadaannya.

Percaya atau tidak, aku punya cerita yang bagus tentang masalah ini. Bahkan sampai sekarangpun belum bisa seratus persen aku menangkan.... masih proses.... Ya Allah beri kekuatan kepada hamba Mu ini, Tiada kekuatan selain Engkau. Cukuplah Engkau sebagai wakil, cukuplah Engkau sebagai penolong.

Hasil gambar untuk gambar perang melawan hawa nafsu
gambar : eramuslim.com

Hadits Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa ( terlepas dari lemah atau tidaknya hadits ), berperang melawan hawa nafsu adalah lebih berat daripada melawan musuh di medan perang. 
Kenapa ?
Soalnya, yang namanya musuh itu pasti sudah jelas sosoknya, jelas jumlahnya. jelas kekuatannya. Dengan strategi dan perencanaan yang matang serta didukung persenjataan lengkap plus keberanian yang besar, insya Allah menang. Lha kalau nafsu ? Nafsu bisa hadir kapan saja dan dimana saja. Nafsu tak pernah habis. Nafsu tak pernah ada finishnya; Sebelum manusia mati. Selagi umur masih ada, nafsu jalan terus. Dan bila selalu diperturutkan dan tak dikontrol, maka rusaklah tatanan di muka bumi ini.

contoh kisah dari www.hong.web.id seperti di bawah ini :



Nafsu juga macam-macam, ada nafsu makan, nafsu berkuasa dan nafsu seks! Nafsu makan paling berakibat ngentek-entekke jatah, nafsu berkuasa paling-paling mengusulkan jabatan diperpanjang. Tapi kalau nafsu seks, ini paling bikin kacau. Ken Arok tega membunuh Tunggul Ametung juga karena hasrat seksnya yang terlalu kuat pada Ken Dedes. Sejumlah anggota legislatif tumbang juga karena urusan perempuan.
Banyak orang jadi napi karena tidak mampu mengekang hawa nafsu, di antaranya si Gayun, 45, dari Kulon Progo DI Yogyakarta, ini. Di kala orang sibuk beribadah  puasa, malam hari salat tarawih, dia malah ndekem dalam sel. Pasalnya, dia tega menggerayangi dan menggauli Yatmini, 18, anak tiri sendiri.
Ceritanya,, Gayun warga Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang terpaksa diseret ke depan meja hijau PN Wates akibat tak bisa mengendalikan nafsunya atas anak tiri sendiri. Gara-gara mengejar kenikmatan sesaat, kelak bakal menderita berlama-lama di tembok penjara. Kejahatannya pun tak terbantahkan, dia menodai Yatemi, 18, sebanyak dua kali. Jika vonis hakim nanti tak bisa diubah, sanksi hukum 2,5 tahun penjara telah menunggu.

Silahkan dibaca juga ceritaku yang lain :" Rejeli sudah diatur oleh Allah "

Cerita klasik ini bermula saat Gayun menikah dengan Ny. Prapti, 50, ibu Yatemi sekitar 10 tahun lalu. Kala itu si anak tiri masih imut-imut, usia bocah. Lha kok sekarang, wajah imut-imut itu telah berubah menjadi amit-amit. Dalam masa pertumbuhan, kini Yatemi nampak seksi menggiurkan, bodi sekel, betis mbunting padi dan bla bla bla. Mau dirinci secara detil, nanti puasa sampeyan salah-salah jadi batal!
Ditambah lagi dia tak punya anak dari perkawinannya dengan ibu si Yatemi. Lupa deh Gayun akan status dan harga dirinya. Yang ada dalam benaknya hanya satu, bagaimana bisa memperlakukan anak tiri tersebut sebagaimana ibunya. Kata kuwalon yang berarti tiri, oleh Gayun malah diplesetkan jadi bermakna: kuwi wajib dikeloni (itu harus dikeloni).
“Dalam kapasitas sebagai setan, saya mendukung penuh kreatifitasmu Bleh,” begitu kata setan.
Begitulah yang terjadi. Di kala nonton teve sekitar pukul 22.00 diam-diam Gayun menggerayangi Yatemi dan merayu-rayu. Awalnya gadis sedang tumbuh itu menolak, tapi setelah terkena pengapesannya, dia tak berkutik dan pasrah diperlakukan sebagaimana emaknya. Sukses jadi ayah tiri yang cabul, keesokan harinya diulang lagi. Tapi karena pada dasarnya ada pertentangan batin, Yatemi pun kemudian mengadu pada emaknya, bla bla bla…..!
Wah, langsung saja Ny. Prapti mencak-mencak. Tak peduli lelaki itu adalah suami sendiri, langsung saja dilaporkan ke Polsek Kalibawang. Kini di kala orang khusyuk menjalani ibadah puasa, dia harus mondar-mandir ke sidang Pengadilan Negeri Wates. Beberapa waktu lalu jaksa telah menuntutnya hukuman penjara 4 tahun, dan pada sidang kemarin dulu, Bu Hakim telah memvonisnya 2,5 tahun penjara. Nah, tinggal kini Gayun menerima atau pikir-pikir untuk naik banding.
Naik banding, malah bisa dilempengin jadi 5 tahun lho.
Untuk direnungkan.

Agus prihandono

No comments:

Post a Comment