MUSIBAH KARENA SECARA ( TAK SENGAJA )
MENOLAK PERMINTAAN SUMBANGAN
Tahun 1997 yang lalu, pada awal terjadinya badai ekonomi
yang mengguncang
Indonesia, yang kemudian diikuti dengan turunnya mantan
Presiden Suharto, telah
menyisakan kenyataan pahit bagiku. Beberapa karyawan
perusahaan termasuk saya
mengalami PHK (
Pemutusan Hubungan Kerja ) untuk mengurangi beban agar
perusahaan tetap bisa bertahan dalam situasi dan kondisi
saat itu. Saya hanya bisa pasrah
dan pulang ke tempat asal. Karena waktu itu saya belum punya
rumah sendiri, maka untuk
sementara waktu menumpang di pondok mertua indah.
Syukurlah waktu itu usaha mertuaku di pasar yaitu toko
kebutuhan sehari-hari
sedang dalam kondisi baik. Sehingga dengan dukungan modal
dari mertua, akhirnya
kami membuka toko baju
dan alat-alat jahit di rumah. Alhamdulillah meskipun omzet
toko tidak terlalu besar, setidak-tidaknya bisa menjadi
tumpuan hidup keluarga kami
sehari-hari. Lama kelamaan, dengan dukungan bakat dagang
yang dimiliki istriku serta semangat
empat lima dariku ( paling tidak sebagai tenaga antar jemput alias sopir ), maka lambat laun toko
kami semakin berkembang dan mempunyai banyak
langganan.
Seperti pedagang pada umumnya, setiap pemasukan atau
pengeluaran uang selalu
kami perhitungkan dengan matang. Karena ingin cepat
berkembang, maka setiap ada
keuntungan selalu kami jadikan tambahan modal toko.
Sebaliknya, setiap pengeluaran,
kami akan berpikir dua kali jika akan menggunakannya,
apalagi dalam kondisi keuangan
seperti saat itu, dimana nilai rupiah anjlok dan terjadi
inflasi tinggi.
Pada hari jum’at, ada seorang bapak yang mengaku teman bapak
mertuaku, datang
ke rumah untuk meminta sumbangan tambahan
biaya operasi. Bapak itu mengaku menderita sakit yang sudah lama dan harus menjalani operasi.
Karena belum kenal maka saya menyarankan kepada bapak tersebut untuk
langsung menemui bapak mertuaku sendiri.
Bapak tersebut kemudian mencari bapak mertuaku ke pasar.
Namun karena
bapak mertua sedang tidak ada, maka dijawab oleh ibu
mertuaku agar meminta
sumbangan ke rumah. Perkiraannya bapak mertua saya ada di rumah.
Karena sudah ke
rumah, bapak tersebut merasa dipermainkan, akhirnya beliau pergi dengan marah, tanpa
mendapatkan hasil apa-apa. Karena merasa kejadian itu hanyalah
kesalah pahaman dan
bukan karena kesengajaan, maka saya tidak terlalu memikirkan
kejadian tersebut.
Saya kemudian kembali asyik dengan kesibukan di toko sampai
saatnya hampir
dhuhur untuk mejalankan shalat jum’at. Kunci kasir saya
serahkan kepada karyawan toko
yang sudah senior. Sebelum pulang saya biasanya menghitung
berapa uang yang ada di
laci kasir. Pulang dari shalat jum’at dan makan siang saya
kembali ke toko. Betapa
terkejutnya saya ketika uang yang ada di laci kasir
berkurang empat ratus ribu rupiah.
Saya tanya ke semua pegawai toko, namun tidak ada yang tahu
ataupun mengaku
mengambilnya. Bahkan pegawai yang saya percayai memegang
kunci kasirpun mengaku
kalau laci selalu dikunci bila tidak ada pembayaran. Saya
paham betul tidak mungkin ada
orang luar yang dapat mengambil uang di laci kasir tanpa
diketahui pegawai toko.
Akhirnya
saya sadar, barangkali ini peringatan dari Allah kepada saya agar tidak
menolak permintaan sumbangan, terutama dari orang yang yang
memang sangat
membutuhkannya. Baik sengaja ataupun tidak. Saya sadar bahwa
sedekah sangat penting
dikeluarkan sebagai tanda syukur atas rejeki Allah yang telah diterima.
Saya percaya sedekah
dapat menolak datangnya musibah. Untung saja hanya uang
sebesar itu yang hilang.
Bagaimana kalau sampai toko saya dirampok orang atau tertimpa musibah lain yang lebih
besar ? Sejak kejadian tersebut, saya berusaha untuk tidak
menolak bila ada permintaan
sumbangan. Baik sengaja ataupun tidak. Terhadap
peminta-minta ataupun pengamen,
saya berusaha memberi seikhlasnya.
Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
No comments:
Post a Comment