Total Pageviews

Wednesday, June 24, 2015

AKU HAMPIR SAJA TERSESAT

Judul yang kubuat ini ada hubunganya dengan pengalaman nyata yang pernah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku SMAN Tumpang Kabupaten Malang.  Kejadian ini baru teringat saat aku membaca buku Surat Yasiin dan Tahlil, karangan Ahmad suhada, penerbit Al-Haadii- Surakarta. Khususnya di bab keutamaan membaca surat Al-Falaq dan An-Naas. Ceritanya begini :

Kejadian yang kualami ini tepatnya saat aku masih sekolah di SMA kelas II,sekitar tahun 1984 yang lalu. Pada saat itu, kendaraan bermotor roda dua termasuk masih langka. Sehingga hanya orangtua yang mampu saja yang bisa membelikan sepeda motor untuk anaknya. Aku dan banyak anak-anak yang lain, biasanya bersepeda onthel kalau berangkat sekolah. Ada teman yang rumahnya berjarak 10 km dari sekolah bahkan lebih. Aku termasuk beruntung karena jarak rumah dan sekolahku hanya sekitar 1 km saja. Nah ceritanya suatu ketika aku harus mengerjakan tugas kelompok ke rumah salah seorang teman yang jaraknya sekitar 10 km dari rumahku. Itu kalau ditempuh lewat jalan raya. Tapi kata temanku bisa ditempuh hanya sekitar 6 km saja lewat jalan pintas ( melalui tanah perkebunan dan hutan lindung ).


Saat pulang, aku memutuskan untuk melalui jalan pintas yang dikatakan temanku. Agar tidak capek dan lebih cepat. Aku yakin pasti dapat menemukan jalan pulang meski belum pernah melewatinya. Toh nanti bisa bertanya bila salah jalan. Sebelum berangkat aku membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas masing-masing 3 kali. Karena aku pernah membaca hadits nabi, riwayat Buchari, yang artinya " Uqbah bin Amir menerangkan : ketika saya tersesat dalam suatu perjalanan bersama Rasululloh, beliau membaca surat Al-Falaq dan surat An-Naas dan sayapun disuruh untuk membacanya "

Jalan pintas yang aku lalui ternyata sepi. Aku hampir tak pernah ketemu atau berpapasan dengan orang lain selama perjalanan. Kira-kira di pertengahan perjalanan, aku melihat adanya pertigaan ( jalan bercabang ). Yang satu jalannya agak besar dan yang lainnya agak sempit. Secara logika, pasti jalan yang lebih besar adalah yang betul. Karena tampaknya sering dilalui kendaraan besar. Karena tak ada orang yang bisa ditanyai, aku memutuskan untuk melewati jalan yang lebih besar. Tapi anehnya, persis di persimpangan jalan, tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba sepeda onthelku terhenti mendadak. Seperti ada yang menarik. Karena tak menyangka kejadiannya seperti itu, aku lalu terjatuh. Aku mencari penyebab, kenapa sepeda onthelku bisa berhenti tiba-tiba. Ternyata tak ada batu atau apapun yang menghalangi jalan. Rem sepedaku juga baik-baik saja. Meski merasa aneh, aku berpikir, mungkin ini petunjuk Allah. Aku lalu mengambil jalan yang lebih sempit. Dan tidak jadi melewati jalan yang lebih besar. Allahu akbar walhamdulillah, ternyata jalan tersebut memang jalan yang benar. Tak ada halangan atau apapun hingga tiba di rumah. Ketika keesokan harinya kutanyakan kepada temanku. Jalan yang kemarin ternyata bukan jalan umum, tetapi jalan truk pencari pasir ke sungai. Dan kalau aku jadi melewatinya, maka untuk kembali ke arah yang benar, aku harus kembali memutar arah sekitar 1 km.

Ternyata benar apa yang disampaikan Rasululloh SAW. 
Allahumma shalli alaa Muhammad.

Agus Prihandono
(KISAH HIKMAH)

 .


No comments:

Post a Comment