Total Pageviews

Friday, February 19, 2010

SEDEKAH AIR

Saya punya cerita yang ingin saya bagikan kepada para pecinta blogger yang lain. Selamat membaca.

Rumah saya terletak di pinggir jalan raya propinsi, kebetulan dekat tempat ibadah ( masjid ) sekaligus warung makan di sekitarnya. Kebetulan saya sangat suka sekali bertanam bunga. Bunga apa saja yang penting enak dilihat mata dan bisa menyegarkan pandangan bagi yang melihatnya. Rumah saya sejak awal berdiri direncanakan sebagai ruko ( rumah toko ) sehingga bagian bawah saya pergunakan sebagai toko dan bagian atas sebagai tempat tinggal. Karena keterbatasan tanah, maka halaman depan toko terpaksa saya gunakan untuk bertanam bunga. Untuk mendukung kegiatan ini, maka saya memasang pipa dari tandon air di lantai 2 ke bagian depan toko ( pinggir jalan raya ) Tujuannya adalah agar mudah bila ingin menyiram kembang / pot bunga, sekaligus untuk mencuci sepeda motor atau mobil.


Di saat awal pemasangan pipa air, memang nggak ada masalah justru menguntungkan bagi saya sendiri sekaligus bagi warung warung makan di dekat rukoku. Mereka mulai bertanya apa bisa minta air ke tempatku, sebagai tetangga yang baik, aku mengiyakan saja, masalah sumbangan per bulan saya tak mematok berapa yang harus dibayar, terserah kesadaran mereka ( saya menggunakan pompa air listrik untuk mengisi tandon air). Kemudian seiring bergulirnya waktu, makin banyak saja yang menggunakan air dari kran saya, orang lewat, mobil yang kehabisan air radiator, tetangga yang kehabisan air karena sumurnya kering, dll. Semakin banyak yang memanfaatkan kran air, tentu saja saya harus makin sering mengontrol stok air dalam tandon penampungan ( saya tidak mengaktifkan otomatis jetpump, karena katanya bisa menekan lonjakan pemakaian listrik ). Awalnya tidak masalah bagi saya, tetapi ketika sering terjadi air tandon habis saat keluargaku sendiri yang ingin menggunakannya, mulailah rasa kesal muncul di hati saya. Kalau airnya habis di siang hari sih mendingan, yang menjengkelkan kadang airnya habis di saat malam hari... mata yang mengantuk terpaksa harus melek nunggu pengisian air selesai. Satu dua kali terjadi saya masih bisa meredam kejengkelan, tapi yang namanya kesabaran, pasti ada batasnya. Mulailah terpikir dalam benak saya untuk menutup saja kran air di depan toko itu. Biarlah orang-orang yang selama ini tergantung pada kran saya itu untuk aktivitas sehari-hari, mencari cara lain mendapatkan air. Akhirnya saya lepas kran air dan saya ganti dengan penutup pipa yang tidak permanen tapi masih bisa dibuka tutup, pertimbangannya meskipun air sudah tidak mengalir lagi tapi sewaktu waktu bisa dibuka, bila diperlukan.
Malam harinya, sebelum tidur, tandon air saya isi penuh.
Esok paginya, saya kaget saat terbangun subuh, mau berwudhu tak ada ada air setetespun. Dan setelah saya cari penyebabnya, masya Allah... halaman depan toko saya banjir dan tutup pipa pengganti kran yang saya pasang kemarin sudah lepas dan tak tahu kemana perginya. Air di tandon habis tak tersisa.....

Akhirnya saya sadar, mungkin cara yang saya lakukan kemarin keliru.

"Pak, tadi malam ada orang gila yang tidur di teras toko dan main-main dengan tutup kran", kata pak RT saat aku ketemu siang harinya.

Ya Allah, kenapa harus orang gila yang Engkau gunakan untuk mengingatkan saya agar mensyukuri nikmat air yang selama ini saya dapatkan ? Kenapa sedekah air ini harus saya hentikan gara-gara takut kehabisan air ? padahal selama ini saya mendapat air dari bumi-Mu tanpa membayar sepeserpun ? Bagaimana kalau bukan hanya air yang Engkau ambil ? Bagaimana kalau rukoku terbakar habis tak tersisa ? Semua hanya masalah kecil bagi-Mu.... Astaghfirullah hal adzim.

Esok harinya, kran air saya pasang kembali dan saya niatkan agar bermanfaat buat siapapun yang memerlukannya.

Dan ternyata di saat sumur di sekitarku banyak yang kering di saat musim kemarau, maka alhamdulillah sumur bor yang saya punyai tetap bisa mengeluarkan air.

Semoga kisah hikmah ini bisa membawa manfaat bagi pembaca yang lain. Amin.

No comments:

Post a Comment